Posted by : Unknown
Rabu, 09 Juli 2014
Sarah memang berbeda dari
anak-anak lain. Terlebih kesukaannya akan film, buku, maupun hewan
favorit. Jika kau lebih sering menemukan seseorang memelihara kucing
persia, retriever, atau ikan koi, kau mestinya akan terkejut jika
melihat hewan peliharaan Sarah; seekor gagak.
Bukan gagak yang biasa.
Bulu ekor, leher, sayap, hampir sekujur tubuhnya berwarna putih
cemerlang. Kau akan menduga itu merpati jika melihat dari
jauh atau hanya sejenak melirik.
layang sebentar sebelum kemudian mendarat di balkon kamar Sarah.
Gagak itu kerap bercerita kisah-kisah manis serta dongeng-dongeng klasik untuk si gadis. Sekali ia membuka paruh dan berkoak-koak nyaring berkisah, Sarah akan duduk rapi dan mendengarkan hingga tak terhitung waktu lamanya, dan gagak putih tak mengizinkan si gadis beristirahat. Hingga kantung di bawah matanya makin menghitam dan membentuk setengah lingkaran yang kian nampak jelas.
Gagak putih pernah bercerita, tentang sepasang petani tua yang tinggal di pinggir sebuah desa kecil arah selatan kota tempat Sarah tinggal. Si kakek petani, suatu hari menemukan sebuah pohon walnut besar di hutan. Pohon itu kemudian ditebang dan dijual ke pasar dalam bentuk potongan-potongan kecil sebagai kayu bakar. Ketika sampai di rumah, petani tua tersebut hanya mendapat cacimaki dari sang istri lantaran tak tahu, bahwa kayu tersebut harganya berkali-kali lipat jika dijual secara utuh. Dan mampu menghidupi mereka berdua selama berminggu-minggu ke depan.
Sarah selalu tertawa seusai mendengar gagak putih berkisah. Meski kadang gagak putih mengulang-ulang cerita yang sama, Sarah tak juga bosan. Seperti baru pertama kali mendengar. Dan ketika Sarah tertawa itu, ia akan menampakkan gusinya yang merah pekat di balik sela bibir yang pucat mengeriput.
Namun gagak putih memang pamrih. Ia selalu minta imbalan. Jika bukan lapisan daging yang hanya tinggal tipis di bagian paha Sarah, ia akan mulai mengoyak tumpukan kulit di bagian persendian dengan paruhnya yang kokoh dan lancip. Kadang, gagak putih juga tak sungkan mematuki kepala Sarah. Memakan helai-helai rambutnya yang hanya tersisa sedikit.
Tiap kali gagak putih mendarat di balkon, anehnya, Sarah selalu merasa senang. Hatinya berdebar gembira, seperti kedatangan seorang sahabat lama. Yang kemudian berjumpa demi melepas rindu menyiksa. Meski tiap kali melihat kepakan sayap si gagak, ia tahu sesuatu yang buruk akan terjadi; tubuh ringkihnya akan semakin kurus dan kepalanya makin plontos.
Di musim panas ke dua, gagak putih tak lagi mengunjungi Sarah. Sebab ia tahu, tugasnya telah selesai dan ia tak mampu menggali tanah.
~terima kasih telah mengunjungi blog ini, jangan lupa berkunjung kembali dan tinggalkan komentarnya :D~
Source :Creppypasta Indonesia